Jakarta, Kamis, 26-28 September 2013, Royal Hotel Paledang Bogor, Sub Direktorat Ketenagaan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia menyelenggarakan Workshop tentang "Penguatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi".
Acara diawali dengan pembukaan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi Islam (Diktis), Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, yang menggarisbawahi bahwa kegiatan tersebut hendaknya mampu membekali dosen muda dalam penguasaan IT untuk meningkatkan kompetensi pembelajarannya. Sedangkan Sekjen Pendidikan Islam (Pendis), Prof. Dr. H. Kamarudin Amin, MA., yang memberikan "warning" agar dosen-dosen di bawah Pendidikan Tinggi Islam mampu menguasai IT agar dapat bersaing di dunia global. Beliau (Kamarudin) juga berbagi pengalaman belajar di luar negeri, bahwa dosen-dosennya sangat menguasai IT dan memberikan informasinya melalui penguasaan IT-nya, sehingga memudahkan mahasiswa untuk mencari dan menemukan literatur kajian ilmu tertentu.
Acara dipandu oleh Dr. Ishom Yusqi, MA., Kepala Subdit Ketenagaan, yang juga sangat berharap, workshop ini mampu memberikan informaasi baru dan menyadarkan pentingnya penguasaan IT bagi dosen agar memberikan warna kontemporer dalam pembelajaran. Beberapa dialog mengalir dalam acara tersebut. Peserta dari IAIN Jambi, yang dengan "menggebu-gebu" menginformasikan tentang pengembangan teknologi informasi, hanya saja kebijakan masih "kurang" berpihak dalam pengembangannya.
Lain lagi dengan peserta dari STAIN Ambon. Beliau lebih bersifat "curhat" akan kekurangan infrastruktur tentang pengembangan IT. Hal yang sangat dikeluhkan oleh beliau adalah di STAIN Ambon tidak tersedianya jaringan internet. Internet tersedia "hanya" dalam masa pendaftaran mahasiswa baru (PMB). Ketika kegiatan PMB selesai, maka internet di-off-kan lagi. Peserta dari STAIN Tulung Agung lebih mengeluhkan kurang mendukung dan tidak familiernya dosen tua ketika harus berinteraksi dengan IT. Sementara peserta dari STAIN Pamekasan lebih menekankan dari sisi kesadaran civitas akademika, baik dosen, mahasiswa dan dukungan dari Direktorat Pendidikan Tinggi Islam.
Dialog tersebut ditanggapi oleh Sekjen Pendis, yang mengerucut pada hal : (1) beliau balik menanyakan jika pengembangan IT di kampus masing-masing kurang maju itu salah siapa. Jawabannya adalah tidak sensitifnya pimpinan PT masing-masing dalam menembangkan IT di kampus masing-masing. Sekjen menyarankan agar penanggung jawab IT menyampaikan kepada Pimpinan masing-masing untuk mengusulkan kepada Direktorat Pendidikan Islam untuk diajukan anggarannya. Beliau berjanji jika usulan tersebut diusulkan akan dikawal usulan tesebut hingga dapat diterapkan di perguruan tinggi masing-masing; (2) Silahkan bangun kesadaran masing-masing di PT untuk menguasai IT; (3) Pengakuan Pendis tentang tidak adanya pangkalan data yang terintegrasi dan dikelola secara integratif oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Islam.