Beragama yang Elegan

Beragama merupakan hak dan kebebasan semua manusia. Apapun pilihannya tidak ada suatu kekeuatan manapun yang dapat mengaturnya, selagi berkenaan dengan internal psikologis tiap individu manusia. Sehingga pilihan apapun tidak dapat diintervensi oleh orang lain, apalagi menggunakan kekerasan dan anarkhis. Intinya dalam beragama tidak ada paksaan dari siapapun dan di agama apapun.

Hal yang menarik diperhatikan adalah bahwa dalam beragama, harus dipahami tiga kosa kata penting yang berkaitan dengan kata "agama", yaitu : Agama, Keberagamaan dan Keagamaan. Ketiga kata tersebut memiliki keterkaitan makna yang menjadi satu rangkaian yang tak terpisahkan.

Agama mengandung muatan pencapaian puncak (the ultimate orientation)di semua bidang kehidupan adalah pengenalan makluk kepada Tuhan. Semua aktivitas yang dilakukan oleh manusia di dunia ini jika dilihat dari sudut pandang agama adalah pengabdian (ibadah atau penghambaan) manusia kepada Sang Pencipata (Tuhan). Pengenalan terhadap Tuhan yang paling bertanggung jawab dan argumentatif adalah dari Kitab Suci. Kitab suci merupakan firman Tuhan yang hendak didialogkan kepada manusia, tetapi menemui kendali antara transendensi dan imanensi. oleh karena itu, Tuhan mengutus seorang Nabi (Rasul) yang merupakan jenis manusia sehingga dapat mendialogkan kehendak Tuhan kepada manusia. Nabi (Rasul) pun memiliki tradisi yang muncul dari dirinya, baik perkataan maupun perilaku. Inilah dalam Islam disebut Hadis (Sunnah). Dalam konteks Islam formulasi al-Qur'an dan Sunnah disebut sebagai esensi Kitab Suci sebagai acuan oleh pemeluk Islam secara menyeluruh hingga menjadi mainstream, sehingga bila bertolak belakang dengan mainstream tersebut akan berhadapan dengan arus yang lebih mapan.

Kandungan Kitab suci yang merupakan kehendaka Tuhan dan Rasul memuat AJARAN tentang berbagai aktivitas terkait dengan ibadah seperti shalat, zakat, haji dan lain sebagainya. DOKTRIN yang memuat tentang keberadaan Tuhan (Allah) dan Rasul Muhammad SAW sebagai utusannya, dan ajaran yang disampaikan oleh Rasul adalah kehendak dari Tuhan, sementara Rasul bertindak sebagai mediator komunikasi antara Tuhan dengan manusia. Dan NORMA yang memuat idealisme tata kelola dunia menurut kehendak Tuhan, di mana manusia harus melaksanakannya, sekalipun kenyataannya manusia banyak yang mengingkari kehendak Tuhan, seperti Tuhan menghendaki perdamaian, tetapi manusia banyak yang berperang, Tuhan mengehendaki kelestarian alam, tetapi manusia justru membuat bumi ini "meradang" sehingga marah, dan seterusnya.

Karakteristik manusia yang menyatakan dirinya beragama akan memiliki dua sifat internal, yaitu : (1) Truth Claim (klaim kebenaran), di mana manusia akan mempertahankan keyakinan agamanya berdasarkan sudut pandang yang ia pegang teguh, dan (2)Interfaith sensitivity (kepekaan dalam diri tentang keyakinanya), di mana setiap manusia yang beragama akan selalu merasa sensitif terhadap keyakinan bila bersinggungan dengan keyakinan yang cenderung berbeda, apalagi memandang keberbedaan sebagai sebuah kesalahan menurut pihak lain.

Karakteristik ini yang seharusnya dijaga dan dipertahankan oleh setiap orang yang beragama, tetapi pada sisi sosiologis ia juga harus bisa menghargai karakteristik beragama yang pada posisi yang sama juga dimiliki orang yang berlainan keyakinan, apapun keyakinannya.

Categories:

    Tegal | Hari ini