Di sebuah musholla di bulan Ramadhan 1434 H, masyarakat melaksanakan shalat tarawih berjama'ah seperti tahun-tahun sebelumnya. Ada hal yang menarik dalam satu kesempatan ceramah di sela-sela jeda shalat tarawih, seorang penceramah melontarkan "rangkaian kalimat" yang tidak biasa dan membuat jama'ah terkaget. Isi ceramah terkesan "membodohi" diri sendiri, tetapi justru ternyata itu yang diinginkan oleh jama'ah.
"Bapak ibu yang saya hormati, saya memang mendapat giliran ceramah, tetapi saya bingung, televisi di pagi hari, siang, sore, malam, bahkan dini hari, semua menampilkan ceramah. Radio pun demikian, apalagi media sosial dan kanal streaming seperti youtube dan lain sebaginya, lalu saya harus menyampaikan materi apa?" Ujar penceramah, diikuti dengan senyum jama'ah tersenyum. mushalla tersebut.
"Bagi saya, lanjut penceramah, Ramadhan yang penting tindakan, tindakan untuk meningkatkan amalan yang baik, shalat sunnah diperbanyak, baca Qur'an lebih intensif, sedekah lebih digiatkan, dan seterusnya. Maknanya implementasi pengetahuan tentang agama lebih penting dari memahami agama hanya sekedar memahami saja, seperti yang kita lakukan, lihat televisi pengajian, dengar radio pengajian. Saya yakin, jama'ah sudah memiliki pengetahuan agama yang cukup banyak. Ramadhan adalah saatnya melaksanakannya, karena ramadhan merupakan kesempatan amal baik dilipatgandakan oleh Allah SWT."
Masyarakat sekarang dalam menimba ilmu, khususnya mendengarkan ceramah dalam pengajian, lebih senang bersifat eksploratif dan uraian kandungan pengetahuan, dari pada ceramah yang menggurui, seolah-olah "penceramah" adalah orang yang paling suci dan tanpa dosa. Masyarakat modern yang perhatian terhadap materi agama cenderung lebih kritis dan rasional. Bagi mereka, Islam itu rasional dan memberikan ajaran-ajaran yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.
Semoga amal dan tindakan positif kita di bulan Ramadhan ini diterima Alllah SWT., tidak hanya sekedar berucap dan menggurui orang lain, yang boleh jadi, mereka lebih sholeh dari penceramah.